Laman

Sabtu, 31 Maret 2012

Argumentasi dan narasi karangan Gorys Keraf

Ringkasan bab I “penalaran”
Pengertian argumentasi
Argumentasi adalah bentuk suatu retorika yang berusaha untuk menmpengaruhi sikap pendapat orang lain, agar mereka itu percaya dan akhirnya bertindak sesuai dengan apa yang diinginkan oleh penulis atau pembicara. Sebuah tipok tertentu dapat saja disoroti dengn  mempergunakan salah satu bentuk retorika modern. Topic perguruan tinggi misalnya dapat di soroti dengan mempergunakan  keempat macam bentuk retorika itu sendiri.
proposisi
Penalaran (reasoning, jalan pikiran) adalah suatu proses berpikir yang berusaha menghubung-hubungkan fakta-fakta atau evidensi-evidensi yang diketahui menuju kepada suatu kesimpulan. Bila kita bandingkan argumentasi dengan sebuah bangunan, maka fakta, evidensi, dan sebagainya dapat disamakan dengan batu bata, batu kali, semen, dsb. Sedangkan proses penalaran itu sendiri dapat disamakan dengan bagan atau arsitektur untuk membangun gedung tersebut. Penalaran merupakan sebuah proses berpikir untuk mencapai suatu kesimpulan yang logis.
Penalaran bukan saja dapat dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang masih berbentuk polos, tetapi dapat juga dilakukan dengan mempergunakan fakta-fakta yang telah dirumuskan dalam kalimat-kalimat yang berbentuk pendapat atau kesimpulan. Kalimat-kalimat semacam ini, dalam hubungan dengan proses berpikir tadi disebut proposisi. Proposisi dapat kita batasi sebagai pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung di dalamnya. Sebuah pernyataan dapat dibenarkan bila terdapat bahan-bahan atau fakta-fakta untuk membuktikannya. Sebaliknya sebuah pernyataan atau proposisi dapat disangkal atau ditolak bila terdapat fakta-fakta yang menentangnya. Untuk menjelaskan hal itu perhatikan contoh- contoh berikut :

Semua manusia akan mati
Beberapa orang Indonesia memiliki kekayaan yang berlimpah limpah
Kedua kalimat diatas adalah merupakan proposisi
Proposisi selalu berbentuk kalimat, tetapi tidak semua kalimat adalah proposisi. Hanya kalimat deklaratif yang dapat mengandung proposisi, karena hanya kaliamat semacam itulah yang dapat dibuktikan atau disangkal kebenarannya. Kalimat-kalimat tanya, perintah, harapan, dan keinginan (desideratif) tidak pernah mengandung proposisi.
Inferensi & implikasi
Tiap proposisi dapat mencerminkan dua macam kemungkinan.
·         Merupakan Ucapan-ucapan factual : sebagai akibat dari pengalaman
·         Merupakan pendapat atau kesimpulan : ide atau buah pikiran dari seseorang
Untuk menguji ucapan yang bersifat factual dapat diadakan pengujina atau penelitian terhadap evidensinya. Tetapi untuk menguji suatu pendapat atau kesimpulan harus diadakan pengujian atas fakta atau evidensinya, serta diadakan pula pengujian atau penilaian terhadap proses pembentukan kesimpulan itu.
Wujud evidensi
Pada hakikatnya evidensi adalah semua fakta yang ada, semua kesaksian, informasi, atau autoritas, dan sebagainya yang di hubung-hubungkan untuk membuktikan suatu kebenaran.
Fakta adalah suatu yang sesungguhnya terjadi atau sesuatu yang ada secara nyata.

Cara menguji data
Supaya data informasi itu harus dapat dipergunakan dalam penalaran data dan informasi. Maka data tersebut harus diuji terlebih dahulu. Berikut cara-cara menguji data :
a.       Observasi : ialah metode pengujian data langsung ke sumbernya
b.      Kesaksian : ialah metode pengujian dengan meminta atau mewawancarai orang yang telah mengalami sendiri peristiwa yang terjadi
c.       Autoritas : ialah metode pengujian dengan meminta pendapat dai seorang yang ahli
Cara menguji fakta
Untuk menetapkan apakah data atau informasi yang diperoleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian apakah data-data atau informasi itu merupakan kenyataan atau hal yang sesungguhnya terjadi. Berikut dasar-dasar yang digunakan untuk menentukan faktamana yang dapat di jadikan evidensi :
a.       Konsistensi : suatu argumentasi akan kuat dan mempunyai tenaga persuasive yang tinggi jika evidensi-evidensinya bersifat konsisten
b.      Keherensi : semua fakta yang akan digunakan sebagai ivendasi harus pula koheren dengan pengalaman-pengalaman manusia, atau sesuai dengan pandangan atau sikap yang berlaku.